Tugas Ilmu Budaya Dasar
Baju Adat Sulawesi dan Irian Jaya
Disusun
oleh :
Nama : Rafina Sukma Putri
Kelas : 1EA32
NPM : 18214749
Dosen : Arsi Binawanti.SPsi
1. SULAWESI
Kalian
pasti belum tahu kenapa namanya Sulawesi kan? Nih ya kenapa diberi nama
Sulawesi karna nama Sulawesi diperkirakan berasal dari kata dalam
bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah yaitu kata sula yang berarti nusa
(pulau) dan kata mesi yang berarti besi (logam), yang mungkin merujuk
pada praktik perdagangan bijih besi hasil produksi tambang-tambang yang terdapat
di sekitar Danau Matano, dekat Sorowako, Luwu Timur.[1]
Sedangkan bangsa/orang-orang Portugis yang datang sekitar abad 14-15 masehi adalah bangsa
asing pertama yang menggunakan nama Celebes untuk menyebut pulau
Sulawesi secara keseluruhan. Sulawesi tuh ya merupakan provinsi yang mempunyai
kebudayaan yang tidak kalah keren sama provinsi lain. Tau dong kalau Indonesia
memiliki backgorund kebudayaan yang begitu beragam dan perlu dijaga. Nah disini
saya akan menjelaskan kebudayaan Sulawesi, namun lebih merinci ke baju adat
Sulawesi. Kalian harus bangga, Indonesia memiliki banyak baju adat yang indah
dan begitu mewah ketika kita pakai. Dan Sulawesi memiliki baju adat yang
menurut saya lucu, unik, indah, mewah dipakai, tapi kayanya agak panas sih
kalau dipakai huahaha.
a. Sulawesi
Selatan
Kalian bisa lihat kan di gambar itu baju adat Sulawesi
Selatan bernuansa warna merah. Nah disini baju adatnya bernama baju Bodo
Gesung. Bodo Gesung sendiri artinya baju yang berlengan pendek dan menggelembun
karena pada bagian punggungnya menggelembung. Di antara busana adat yang
dimiliki Sulawesi Selatan, Baju Bodo merupakan baju yang paling tua usianya. baju
bodo terdiri dari blus sebagai pakaian bagian atas dan sarung sebagai pakaian
bagian bawahnya. Sementara blusnya terdiri dari jenis baju Bodo dan baju Labbu.
Baju Labbu merupakan baju Bodo berlengan panjang. Baju Bodo seperti telah
dijelaskan di awal termasuk busana tradisional Indonesia yang tergolong jenis
busana kutang pada bagian blusnya dan busana bungkus pada bagian sarungnya.
Tekstil telah dikenal oleh masyarakat Sulawesi sejaka
zaman batu muda. Namun perubahan sosial yang terjadi membawa perubahan pada
seluruh segi kehidupan, maka muncullah masyarakat terorganisasi dengan segala
bentuk peraturan. Ikatan kerja sama seperti membuat kerajinan tangan sebagai
perhiasan seperti gelang dan kalung, menenun pakaian dari bahan tekstil dan
membuat periuk belanga mulai dilakukan masyarakat pada waktu itu.
Kententuan atau tata cara berbusana pada masyarakat
Sulawesi telah diatur dalam sebauh kitab suci, yaitu Patuntung atau tuntunan
yang merupakan pedoman dalam menajalankan kaidah kerohanian. Selain itu, kita
suci tersebut berisi matera untuk pengobatan, mandi dan pernikahan. Kitab suci
tersebut berasal dari warisan kepercayaan asli, yaitu animism dan dinamisme
sebagai system religi dan agama serta kepercayaan yang benar yang terbagi ke
dalam Toani Tolotang, Patutung dan Aluk Todolo.
Pada awalnya baju bodo terbuat dari kain kasa merah
atau hitam rangkap dua dan dikanji. Panjangnya hingga ke tana, sehingga
merupakan dua kali panjang busana dengan lebar kurang lebih satu meter. Kain
itu kemudian dilipat menurut panjangnya. Kedua sisanya dijahit, lalu disiskan
12 cm sebagai lubang lengan. Agar menggelembung bagian lubang lengan waktu
memakainya agak disingsingkan. Sarung tidak diikat pada pinggang namun hanya
dipegang saja dengan tangan kiri.
Bentuk segi emat merupakan ciri khas dari Baju bodo.
Ciri khas lainnya ialah bahwa Baju Bodo tidak berlengan, sisi samping blus
dijahit, bentuk bagaian badan blus menggelembung, bagian atas dilubangi untuk
memasukan kepala yang sekaligus juga merupakan garis untuk lubang leher, tidak
memiliki sambungan jahitan pada bagian bahu, memakai hiasan berupa
kepingan-kepingan logam berbentuk bulat berwarna emas di seluruh pinggiran dan
permukaan blus.
Ada peraturan mengenai pemakaian baju bodo.
Masing-masing warna manunjukkan tingkat usia perempuan yang mengenakannya.
Misalnya, warna jingga hanya dipakai oleh perempuan umur 10 tahun. Warna jingga
dan merah darah digunakan oleh perempuan umur 10-14 tahun. Warna merah darah
untuk 17-25 tahun. Warna putih digunakan oleh para inang dan dukun. Warna hijau
diperuntukkan bagi puteri bangsawan. Warna ungu dipakai oleh para janda.
Dahulu
Baju Bodo kerap digunakan sebagai pakaian pesta, misalnya pada pesta
pernikahan. Jauh sebelumnya lagi, Baju Bodo kerap digunakan dalam upacara
kematian dan perayaan. Akibat perubahan zaman, pemakaian Baju Bodo sudah mulai
terkikis. Baju bodo kian terpinggirkan loh, sedih ya, budaya sendiri malah
disingkirkan. Orang-orang lebih memilih kebaya modern, gaun malam, atau
busana-busana yang terkesan modis dan lebih simple. Namun, baju bodo tidak
sepenuhnya ada atau menetap di hati masyarakat Sulawesi Selatan. Baju Bodo
masih tetap digunakan oleh mempelai pengantin di resepsi atau akad nikah.
2. Irian
Jaya
Nih saya
kasih penjelasan mengenai nama provinsi ini. Karna namanya ganti-ganti. Perkembangan
asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring dengan
sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk
pula dengan bahasa-bahasa lokal dalam memaknai nama Papua. Provinsi Papua dulu
mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat. Pada masa pemerintahan
kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini
Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea).
Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah ini
dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian
diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada
saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama
yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002. Irian Jaya juga
tidak kalah dengan Sulawesi. Irian Jaya juga mempunyai baju adat yang tidak
kalah uniknya loh. Mari kita ulas sedikit tentang baju adat Irian Jaya.
Pakaian
adat pria dan wanita di Papua secara fisik mungkin anda akan berkesimpulan
bahwa pakaian tersebut hampir sama bentuknya. Mereka memakai baju dan penutup
badan bagian bawah dengan model yang sama. Mereka juga sama-sama memakai
hiasan-hiasan yang sama, seperti hiasan kepala berupa burung cendrawasih,
gelang, kalung, dan ikat pinggang dari manik-manik, serta rumbai-rumbai pada
pergelangan kaki. Bentuk pakaian yang terlukis di sini merupakan ciptaan baru.
Biasannya tak lupa dengan tombak/panah dan perisai yang dipegang mempelai
laki-laki menambah kesan adat Papua.
No comments:
Post a Comment